gambar diambil dari http://tinyurl.com/hft5ymq |
MENCARI SOSOK PEMIMIPIN IDEAL
Pada hari-hari kedepan masyarakat Desa Poncoharjo akan disibukkan dengan berbagai tetek bengek yang berkaitan dengan pemilihan kepala Desa Poncoharjo, ya pemilihan kali ini tampaknya berbeda dengan pemilihan pada masa yang lalu dengan banyak pilihan kandidiat sehingga pemilih memiliki banyak pilihan sehingga mereka bisa memilih yang kiranya baik menurut mereka.
PILKADES kali ini akan dilaksanakan pada minggu pahing 9 okktober 2016 kemungkinan akan diikuti oleh dua orang kandidat saja, sebagaimana, yang penulis dengar bahwa hanya diikuti oleh Ahmad Muslih dan Ustadz Mufid saja.
Namun yang akan sulit terwujud memilih pemimpin yang ideal adalah sistem pemilihan yang menggunakan uang yang banyak yang harus dimiliki kandidat untuk ‘serangan fajar’ maupun untuk iuran ‘keluar bilik suara’ bahkan diperkirakan anggaran yang harus dikeluarkan kandidat akan mencapai milyaran rupiah, sungguh harga yang fantastis untuk kursi kepala desa yang hanya enam Tahun saja. Mungkin ini masih wajar menurut kandidat karena pemenang pemilihan desa akan mendapat bengkok sawah 25 bahu, yang jika dikurskan bisa mencapai puluhan juta tiap bulannya, untuk itulah setiap kepala desa berani mengeluarkan uang yang banyak sekedar untuk jabatan kepala desa, ya kepala desa bukan DPR RI bahkan bukan DPRD Demak seklalipun.
Untuk itulah masyarakat jangan berharap banyak untuk mendapatkan pemimpin yang ideal yang memikirkan kehidupan rakyatnya jika sistem demokrasinya adalah demokrasi uang, siapa yang mempunyai baget yang banyak bisa diyakini akan menang dalam pemilihan kepala desa. Bila memang demikian dan memang demikian adanya, maka secara logika kepala desa yang akan terpilih akan berusaha mengembalikan uang yang didapatkannya dengan segera dan dengan cara-cara yang bisa saja tidak wajar alias hasil dari korupsi anggaran yang dialokasikan untuk desa.
Pada hari-hari kedepan masyarakat Desa Poncoharjo akan disibukkan dengan berbagai tetek bengek yang berkaitan dengan pemilihan kepala Desa Poncoharjo, ya pemilihan kali ini tampaknya berbeda dengan pemilihan pada masa yang lalu dengan banyak pilihan kandidiat sehingga pemilih memiliki banyak pilihan sehingga mereka bisa memilih yang kiranya baik menurut mereka.
PILKADES kali ini akan dilaksanakan pada minggu pahing 9 okktober 2016 kemungkinan akan diikuti oleh dua orang kandidat saja, sebagaimana, yang penulis dengar bahwa hanya diikuti oleh Ahmad Muslih dan Ustadz Mufid saja.
Namun yang akan sulit terwujud memilih pemimpin yang ideal adalah sistem pemilihan yang menggunakan uang yang banyak yang harus dimiliki kandidat untuk ‘serangan fajar’ maupun untuk iuran ‘keluar bilik suara’ bahkan diperkirakan anggaran yang harus dikeluarkan kandidat akan mencapai milyaran rupiah, sungguh harga yang fantastis untuk kursi kepala desa yang hanya enam Tahun saja. Mungkin ini masih wajar menurut kandidat karena pemenang pemilihan desa akan mendapat bengkok sawah 25 bahu, yang jika dikurskan bisa mencapai puluhan juta tiap bulannya, untuk itulah setiap kepala desa berani mengeluarkan uang yang banyak sekedar untuk jabatan kepala desa, ya kepala desa bukan DPR RI bahkan bukan DPRD Demak seklalipun.
Untuk itulah masyarakat jangan berharap banyak untuk mendapatkan pemimpin yang ideal yang memikirkan kehidupan rakyatnya jika sistem demokrasinya adalah demokrasi uang, siapa yang mempunyai baget yang banyak bisa diyakini akan menang dalam pemilihan kepala desa. Bila memang demikian dan memang demikian adanya, maka secara logika kepala desa yang akan terpilih akan berusaha mengembalikan uang yang didapatkannya dengan segera dan dengan cara-cara yang bisa saja tidak wajar alias hasil dari korupsi anggaran yang dialokasikan untuk desa.
baca juga: Poncoharjo Memilih
Masyarakat nampaknya akan kesulitan untuk mencari sosok ideal yang akan memimpin mereka pada enam tahun kedepan betapa tidak, pemilihan yang dilakukan dengan mengandalkan uang yang begitu besar untuk mendapatkan suara tentu akan memicu kandidat yang akan terpilih nanti mendapatkan uang yang banyak untuk mengembalikan ongkos yang telah dikeluarkan.
Memang benar kesulitan itu akan tetap ada, namun demikian pesimistis tidaklah berguna tetapi justru akan menjadikan semakin jauhnya kenyataan, bagaimanapun juga memilih terbaik dari yang terbaik harus dilakukan demi keberlangsungan demokrasi ala wong deso ini jauh lebih baik kedepannya.
Diantara nama-nama yang diprediksi kuat akan mendaftar adalah dua orang yang pertama berlatar belakang pengusaha dengan latar belakang pendidikan formal yang cukup yakni pendidikan tingkat atas atau SLTA, dilain pihak pendidikan formalnya lebih kepada pendidikan pesantren yang biasa dipanggil ustadz, tentu ini menjadi perbedaan yang mencolok antara satu dengan yang lainnya, sehingga dengan pertimbangan inilah pemilih akan memilih, disamping yang utama adalah berapa uang yang akan pemilih dapat dari masing-masing kandidat yang akan menentukan tingkat keterpilihan (elektabilitas) kandidiat. Secara pribadi sekali lagi secara pribadi penulis mengharapkan bahwa yang bertarung pada pemilihan kepala desa kali ini adalah mereka yang berpendidikan tinggi (Strata satu/Sarjana) sehingga mampu mengaktualisasikan pengetahuannya untuk kemajuan desa, bukan sekedar sekolah SMP yang menjadi batas terbawah prasyarat calon kandidat kepala desa, apalagi ijazahnya adalah hasil dari nembak bukan ijazah yang dihasilkan dari pelajaran bangku sekolah yang sesungguhnya.
والله أعلم
Masyarakat nampaknya akan kesulitan untuk mencari sosok ideal yang akan memimpin mereka pada enam tahun kedepan betapa tidak, pemilihan yang dilakukan dengan mengandalkan uang yang begitu besar untuk mendapatkan suara tentu akan memicu kandidat yang akan terpilih nanti mendapatkan uang yang banyak untuk mengembalikan ongkos yang telah dikeluarkan.
Memang benar kesulitan itu akan tetap ada, namun demikian pesimistis tidaklah berguna tetapi justru akan menjadikan semakin jauhnya kenyataan, bagaimanapun juga memilih terbaik dari yang terbaik harus dilakukan demi keberlangsungan demokrasi ala wong deso ini jauh lebih baik kedepannya.
Diantara nama-nama yang diprediksi kuat akan mendaftar adalah dua orang yang pertama berlatar belakang pengusaha dengan latar belakang pendidikan formal yang cukup yakni pendidikan tingkat atas atau SLTA, dilain pihak pendidikan formalnya lebih kepada pendidikan pesantren yang biasa dipanggil ustadz, tentu ini menjadi perbedaan yang mencolok antara satu dengan yang lainnya, sehingga dengan pertimbangan inilah pemilih akan memilih, disamping yang utama adalah berapa uang yang akan pemilih dapat dari masing-masing kandidat yang akan menentukan tingkat keterpilihan (elektabilitas) kandidiat. Secara pribadi sekali lagi secara pribadi penulis mengharapkan bahwa yang bertarung pada pemilihan kepala desa kali ini adalah mereka yang berpendidikan tinggi (Strata satu/Sarjana) sehingga mampu mengaktualisasikan pengetahuannya untuk kemajuan desa, bukan sekedar sekolah SMP yang menjadi batas terbawah prasyarat calon kandidat kepala desa, apalagi ijazahnya adalah hasil dari nembak bukan ijazah yang dihasilkan dari pelajaran bangku sekolah yang sesungguhnya.
والله أعلم
0 komentar:
Posting Komentar