MENSOAL PROFESIONALISME PPS
(Sebuah catatan penulis yg pernah ikut seleksi KPPS)Dunia perpolitikan indonesia kini mencapai puncaknya dalam lima tahun terakhir yakni pemilihan umum baik TINGKAT DPRD kabupaten/kota , DPRD Provinsi, DPR Pusat, DPD serat pemilihan presiden tentunya. Berbagai hal yang menyangkut perpolitikan kini sudah mulaiu marak dari APK (Alat Peraga Kampanye), posting setiap berita baik yang hoax maupun yang valid berseliweran di lingkungan masyarakat khusunya WA group, dan tidak terlupakan juga perekutan-perekutan sudah mulai marak juga misalnya PTPS (Pengawas Tempat Pemungutan Suara) serta perekrutan KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara).
Pada tulisan kali ini penulis akan kisahkan perekrutan KPPS 2018 yang dialami oleh seorang pemuda yang ikut dalam seleksi tahun lalu, sebut saja namanya RIKO bukan nama sebenarnya tentunya, atau dalam tulisan ini penulis sebut “sang pemuda”.
Syahdan, sang pemuda mendapati sebuah pengumuman di balai desa Pancajaya yang berisi perekrutan anggota KPPS yang akan bertugas pada PILGUB 2018. Pada awalanya sang pemuda belum tertarik untuk ikut dalam perekrutan, namun akhirnya ikut mengumpulkan berkas persyaratan yang sebelumnya berkonsultasi ke Sugus anggota PPS bahwa sang pemuda akan mendaftarkan diri, dan diiyakan oleh PPS tersebut.
Singkat cerita sang pemuda mendapatkan undangan untuk test wawancara, sampai waktu dan tempat yang ditentukan sang pemuda mengikuti prosedur yang dibuat panitia perekrutan, dengan sabar pemuda menunggu giliran panggilan wawancara, sampai waktu pemanggilan tiba dan sang pemuda menghadapi pewawancara yang ternyata Sugus, anggota PPS yang pemuda minta pertimbangan untuk mendaftar, yang pada dasarnya adalah teman sang pemuda waktu di MAN Demak, berbagai pertanyan dilontarkan PPS Sugus kepada sang pemuda, namun hampir seluruhnya secara substansi TIDAK BERKAITAN DENGAN MATERI PEMILIHAN UMUM, hanya seputar kegiatan di kantor atau sekolah sang pemuda.
Masa interview selesai, pemuda pulang dengan keyakinan akan lolos seleksi, mengingat latar belakang pendidikan tingginya serta ‘kenal’ dengan petugas PPS yang mewawancarainya.
Waktu pengumuman tiba, namun ternyata setelah memperhatikan satu persatu nama-nama yang lolos seleksi ternyata nama sang pemuda tidak tercatat, ya sang pemuda akhirnya tidak lolos seleksi, terpikir olehnya apa penyebab tidak lolosnya, atau ”Jika anggota sudah terpenuhi alangkah sebaiknya PPS tidak mengundang sang pemuda wawancara” pikirnya.
Demikian pengalaman seleksi KPPS sang pemuda, intinya PPS sebaiknya tidak memberi “angin surga” bagi pelamar KPPS, jika tidak dipilih sebaiknya tidak perlu membuat surat panggilan, atau jika wawan cara sebaiknya memberi pertanyaan seputar pemilu, biar calon yang diwawancara tidak berprasangka buruk bahwa ketidak terpilihannya karena tidak ada materi pertanyaan seputar pemilu.
Sebagai tambahan jika anda mendaftar KPPS sebaiknya minta pertanyaan seputar pemilu, jika tidak mendapatakan patut diduga anda hanya akan mengahabiskan waktu wawancara saja alias tidak diloloskan, itulah “MENSOAL PROFESIONALISME PPS”. Wallahu A'lam.
0 komentar:
Posting Komentar