PERAN PESANTREN DALAM DUNIA MILENIAL
Dalam dunia pesantren, khususnya
di Cuwati memang mengalami pasang surut, sedikit kisah, ketika waktu
kecil penulis melihat anak-anak waktu
itu setelah lulus sekolah dasar begitu antusias untuk melanjutkan pendidikan di
pondok pesantren, seperti yang penulis saksikan dulu temen temen penulis waktu
kecil, setelah lulus Sekolah Dasar sowan ke Pak kyai, yang saat itu kampung
kami dipimpin pak Kyai Abdullah (Allah Yarham), bersama orang tuanya
tentunya untuk minta restunya melanjutkan ke pondok pesantren, dan pondok
pesantren yang paling popular saat itu adalah Pondok Pesantren Dawwar, Boyolali
yang dipimpin Al Mukarrom Romo Kyai Haji Kharisuddin (Allah Yarham),
dan salah satu kakakku Ustad Haji Abid Mathur S.Pd.I juga tercatat pernah
belajar di pesantren ini.
Pada saat yang sama penulis hanya
bisa memendam rasa ingin ke pesantren namun apa daya kakakku tersebut masih di
pesantren sedang keuangan saat itu begitu susahnya, namun hasrat untuk kepesantren
tidak pernah padam.
Selang tiga tahun kemudian
penulis melanjutkan ke pesantren, begitu gembiranya penulis, beserta itu penulis
lanjutkan ke jenjang MTs dan kemudian dilanjutkan di Madrasah Aliyah Negeri.
Pada Tahun pertama sampai tahun ketiga
penulis, memasak setiap hari (menjadi juru masak, karena masih yunior hehe,,)
memasuki tahun ke empat, penulis masih memasak sendiri, namun sudah tidak
setiap hari, lebih sering jajan malah, karena tingkat Aliyah sudah semakin sibuk,
sedang memasuki tahun kelima dan keenam, penulis tidak memasak sama sekali,
bahkan harus kos makan di luar pesantren.
Kembali ke pesantren Dawwar,
seperti yang sering diceritakan kakakku waktu mengajar penulis di rumah
bercerita, kalau di pesantren tersebut bisa dibarengi dengan bekerja jadi
pencuri…eitt jangan su’udzon dulu itu lho nama bagi yang kerja menyulam
sapu menurut istilah di sana Nyuri…hehe.. klear khan…
Dari model pesantren di Dawwar
yang bisa bekerja di pagi hari inilah yang menurut penulis menjadi daya tarik
tersendiri sehingga mengundang minat orang tua untuk memondokkan anaknya di sana,
disamping faktor yang lain tentunya.
Dari sekian banyak alumni Desa Poncoharjo
memberi berkah tersendiri pada kiprahnya di masyarakat, seperti di ketahui,
bahwa perkembangan "ASSABAB" pada awalnya jamiyah sholawat terbangan, yang
kemudian bertransformasi menjadi jamiyah sholawat Nariyah, dan kini banyak
memberi sumbangsih positif bagi desa terutama dalam kegiatan amal pada Bulan
Asyyuro yakni santunan anak yatim. Terimaksih banyak untuk alumni Assabab,
Berkaitan dengan Santunan anak
yatim, penulis ingin sekedar membuat tulisan, yang mencoba menganalisa dari
cara perhitungan dana hasil sumbangan untuk anak yatim dan jompo yang maaf
menurut penulis begitu rumit, karena begitu banyaknya sumber dana yang masuk terlebih
pada hari ‘H’ pelaksanaan yang begitu berkumpul sekaligus.
Dari rasa ingin sekedar ingin
memberi masukan, yang tentunya panitia sudah membuatnya dengan baik juga, namun
penulis rasa tiada salahnya penulis tulis di sini, syukur kalau dipakai, heheee..
Penulis telah membuat rumus komputer
dalam hal ini rumus Excel yang akan memudahkan dalam perhitungan santunan
secara valid dan sederhana namun mengena dan mudah dalam penggunaannya.
Untuk aplikasi silahkan klik
disini … https://drive.google.com/file/d/1e7zufX6jhtPdP9NhPYLkMsKdpNwYl3Ig/view?usp=sharing
Demikian tulisan singkat ini semoga bermanfaat,
والله نسأل المعونة والحكمة
والسلام عليكم ...
0 komentar:
Posting Komentar